Cerita Seputar Kehamilan dan Kelahiran
Kayaknya setiap pasangan yang baru menikah pasti menanti-nantikan kapan bisa hamil, begitu juga dengan aku dan Cali, kami amat sangat menantikan bayi kecil mungil bisa hadir melengkapi keluarga kecil kami. Setelah beberapa kali dikecewakan sama puluhan test pack dan keguguran sekali, akhirnya akhir Agustus 2014 kemarin aku mendapat kabar gembira dari dokterku kalau aku hamil 4 minggu. Bahagia, terharu jadi satu, apalagi pas dengerin detak jantungnya untuk pertama kali, subhanallah rasanya luar biasa sekali. Sama kayak ibu hamil lainnya, aku juga nyidam loh, nyidamku tu jambu bangkok asli dari bangkok sana, ngga mau yang dijual di Total buah atau supermarket lainnya. Rada nyeleneh sih tapi untungnya keturutan, soalnya ngepas banget mertuaku ada dinas ke Thailand, bela-belain nyuri-nyuri waktu buat nyari tu jambu, akhirnya pas pulang bawain jambu banyak banget *lega bayiku ngga ngecesan tar hehe*. Kehamilan pertamaku ini enak banget, aku ngga morning sick, ngga ngrasain sakit punggung, ngga susah tidur, pokoknya alhamdulillah enak banget deh. Buat persiapan lahiran aku juga sering senam hamil, baca buku gentle birth, pokoknya apapun agar aku bisa merasakan proses kelahiran yang nyaman dan tanpa trauma. Dengan persiapan yang menurutku udah cukup, aku yakin banget pasti bisa lahiran normal, namun manusia memang cuma bisa berencana Allah tetap yang menentukan apa yang terbaik buat kita, setelah berjuang menahan kontraksi selama 3 hari 2 malam akhirnya aku menyerah di meja operasi juga. Aku udah kehabisan tenaga dan udah ngga kuat nahan sakitnya lagi, udah banyak darah yang keluar, kontraksi udah per 4 menit sekali tapi pembukaan ngga naik-naik, mentok di bukaan 2, kata dokternya sih karena bayiku terlentang jadi seperti minum kawah. Akhirnya hari Sabtu tanggal 2 Mei 2015 pukul 20.50 anakku tercinta lahir. Cali memberikan nama bayi kami Kinanti Chendra Lanalya yang artinya Putri berhati lemah lembut yang sangat dinantikan oleh Charlie dan Endah Mutiara, kami berharap semoga Kinanti bisa mengaminkan doa mama papanya melalui namanya. Kinanti lahir dengan berat 3,05kg dan panjang 49 cm, sehat dan alhamdulillah tidak mengalami penyakit kuning.
Namun perjuanganku untuk memberikan yang terbaik untuk Kinanti belum berakhir, ketika aku masih belajar cara menyusui yang benar, aku malah di vonis dokter kena mastitis dengan abses dan harus dioperasi saat dia masih berusia sebulan. Awal mulanya cuma karena puting yang lecet, katanya sih semua ibu baru akan mengalaminya, cuma saking lecetnya Kinanti akhirnya minum asi yang bercampur darah, dia sampe-sampe gumoh darah. Setelah itu tiap dia ku kasih payudaraku yang lecet pasti ngga mau nyusu. Karena produksi asi pada awal gini lagi banyak-banyaknya dan malah ngga dikeluarin akhirnya payudaraku bengkak. Keluarga sih bilang kalau dipompa aja nanti bengkaknya juga hilang sendiri, cuma pada kasusku ini mau tak pompa sesering apa trus dikompres panas dingin juga tetep ngga ngaruh. Sampai pada akhirnya ada cairan cokelat yang keluar dari bawah aerolaku. Karena panik aku langsung ke IGD, pas diperiksa sama dokternya dia bilang kalau aku kena abses, tapi karena sudah ada jalan keluar absesnya maka dia berusaha ngluarin secara manual. Namun tindakan dokter tersebut ternyata belum bisa menyembuhkan absesku, malemnya aku malah panas tinggi, sakit kepala hebat, batuk dan flu jadi satu. Bagian atas payudaraku juga masih bengkak, rasanya sakit sekali. Karena melihat kondisiku yang makin memburuk akhirnya keluarga memutuskan untuk meng-usg payudaraku. Setelah di usg baru ketahuan kalau payudaraku sudah penuh dengan kumpulan nanah (abses). Dokterpun langsung menjadwalkan operasi keesokan hari untuk membersihkan nanahnya. Hanya saja dia memberikan pilihan yang sulit sebelum operasi, aku diminta memilih untuk menghentikan asiku, baik dari payudara kanan dan kiri atau memilih asi tetap dipertahankan namun penyembuhannya memerlukan waktu lebih lama, karena selama asi masih berproduksi maka nanahnya-pun akan berproduksi kembali, dan itu berarti payudara yang bisa digunain untuk menyusu hanya satu. Pada saat itu aku hanya bisa menangis, kenapa rencana ingin bisa melahirkan secara normal dan memberikan asi eksklusif buat Kinanti malah mendapat cobaan terus-terusan. Namun akhirnya aku-pun memilih opsi kedua, aku meminta dokter tidak menghentikan produksi asiku saat operasi, tak apalah berjuang menyembuhkan absesnya lama asal Kinanti tetap minum asi. Tapi ternyata bukan operasinya yang menakutkan, namun proses penyembuhannya, bayangkan saja payudaramu disayat sepanjang kurang lebih 10 cm dan tidak dijahit sama sekali, iya payudaranya dibiarkan menganga begitu saja, bahkan kamu bisa melihat isi didalamnya. Memang penyembuhan mastitis dengan abses ini luar biasa sekali, aku harus kontrol ke dokter tiap 3 hari sekali untuk mengganti tampon yang dimasukkan ke dalam payudaraku, tampon itu berbentuk seperti kasa yang panjang, fungsinya untuk menyerap nanah yang masih keluar setelah operasi. Cuma bisa bayangin ngga rasanya saat dokter menarik keluar tampon tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam payudara tanpa bius sama sekali, ngga kebayang kan? iya, karena rasanya sakit dan tidak nyaman sama sekali. Trus proses ini akan terus diulang sampai jaringan payudaraku tumbuh dan payudaranya tidak bisa dimasukkan tampon lagi. Aku membutuhkan waktu 2 bulan sampai akhirnya payudaraku menutup sendiri. Karena proses penyembuhan yang lama dan payudara yang mengeluarkan asi cuma satu, Kinanti sering masih nangis kelaparan, akhirnya setelah berkonsultasi dengan dokter anak aku-pun harus merelakan Kinanti minum susu formula juga. Terkadang iri juga melihat temen-temen yang asinya berlimpah dan bisa menyusui anaknya sampai umur 2 tahun, mengingat Kinanti masih 3 bulan saja produksi asiku udah ngga banyak. Aku cuma berharap dia bisa tumbuh sehat, kuat dan cerdas walaupun minum asi dan susu formula, aku pengen dia tahu Mamanya sudah berjuang untuk memberikannya yang terbaik, dan akupun tahu dia tidak akan menghakimiku hanya karena susu formula yang ku berikan padanya. I do really Love You Kinanti, always.
Namun perjuanganku untuk memberikan yang terbaik untuk Kinanti belum berakhir, ketika aku masih belajar cara menyusui yang benar, aku malah di vonis dokter kena mastitis dengan abses dan harus dioperasi saat dia masih berusia sebulan. Awal mulanya cuma karena puting yang lecet, katanya sih semua ibu baru akan mengalaminya, cuma saking lecetnya Kinanti akhirnya minum asi yang bercampur darah, dia sampe-sampe gumoh darah. Setelah itu tiap dia ku kasih payudaraku yang lecet pasti ngga mau nyusu. Karena produksi asi pada awal gini lagi banyak-banyaknya dan malah ngga dikeluarin akhirnya payudaraku bengkak. Keluarga sih bilang kalau dipompa aja nanti bengkaknya juga hilang sendiri, cuma pada kasusku ini mau tak pompa sesering apa trus dikompres panas dingin juga tetep ngga ngaruh. Sampai pada akhirnya ada cairan cokelat yang keluar dari bawah aerolaku. Karena panik aku langsung ke IGD, pas diperiksa sama dokternya dia bilang kalau aku kena abses, tapi karena sudah ada jalan keluar absesnya maka dia berusaha ngluarin secara manual. Namun tindakan dokter tersebut ternyata belum bisa menyembuhkan absesku, malemnya aku malah panas tinggi, sakit kepala hebat, batuk dan flu jadi satu. Bagian atas payudaraku juga masih bengkak, rasanya sakit sekali. Karena melihat kondisiku yang makin memburuk akhirnya keluarga memutuskan untuk meng-usg payudaraku. Setelah di usg baru ketahuan kalau payudaraku sudah penuh dengan kumpulan nanah (abses). Dokterpun langsung menjadwalkan operasi keesokan hari untuk membersihkan nanahnya. Hanya saja dia memberikan pilihan yang sulit sebelum operasi, aku diminta memilih untuk menghentikan asiku, baik dari payudara kanan dan kiri atau memilih asi tetap dipertahankan namun penyembuhannya memerlukan waktu lebih lama, karena selama asi masih berproduksi maka nanahnya-pun akan berproduksi kembali, dan itu berarti payudara yang bisa digunain untuk menyusu hanya satu. Pada saat itu aku hanya bisa menangis, kenapa rencana ingin bisa melahirkan secara normal dan memberikan asi eksklusif buat Kinanti malah mendapat cobaan terus-terusan. Namun akhirnya aku-pun memilih opsi kedua, aku meminta dokter tidak menghentikan produksi asiku saat operasi, tak apalah berjuang menyembuhkan absesnya lama asal Kinanti tetap minum asi. Tapi ternyata bukan operasinya yang menakutkan, namun proses penyembuhannya, bayangkan saja payudaramu disayat sepanjang kurang lebih 10 cm dan tidak dijahit sama sekali, iya payudaranya dibiarkan menganga begitu saja, bahkan kamu bisa melihat isi didalamnya. Memang penyembuhan mastitis dengan abses ini luar biasa sekali, aku harus kontrol ke dokter tiap 3 hari sekali untuk mengganti tampon yang dimasukkan ke dalam payudaraku, tampon itu berbentuk seperti kasa yang panjang, fungsinya untuk menyerap nanah yang masih keluar setelah operasi. Cuma bisa bayangin ngga rasanya saat dokter menarik keluar tampon tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam payudara tanpa bius sama sekali, ngga kebayang kan? iya, karena rasanya sakit dan tidak nyaman sama sekali. Trus proses ini akan terus diulang sampai jaringan payudaraku tumbuh dan payudaranya tidak bisa dimasukkan tampon lagi. Aku membutuhkan waktu 2 bulan sampai akhirnya payudaraku menutup sendiri. Karena proses penyembuhan yang lama dan payudara yang mengeluarkan asi cuma satu, Kinanti sering masih nangis kelaparan, akhirnya setelah berkonsultasi dengan dokter anak aku-pun harus merelakan Kinanti minum susu formula juga. Terkadang iri juga melihat temen-temen yang asinya berlimpah dan bisa menyusui anaknya sampai umur 2 tahun, mengingat Kinanti masih 3 bulan saja produksi asiku udah ngga banyak. Aku cuma berharap dia bisa tumbuh sehat, kuat dan cerdas walaupun minum asi dan susu formula, aku pengen dia tahu Mamanya sudah berjuang untuk memberikannya yang terbaik, dan akupun tahu dia tidak akan menghakimiku hanya karena susu formula yang ku berikan padanya. I do really Love You Kinanti, always.
Ya udah segini dulu curhatan Ibu-Muda-Yang-Masih-Suka-Galau-Karena-Produksi-Asinya-Udah-Menurun-Sekali ketemu lagi di curhatan selanjutnya ya, see ya :*
0 Komentar